Kamis, 08 Januari 2015

Sejarah Thomas Alfa edison


“Tommy, anak ibu, sangat bodoh. Kami meminta ibu
untuk mengeluarkannya dari sekolah.”
Demikian sepenggal tulisan yang tertera di secarik surat
yang dibawa oleh Tommy. Surat itu ditulis sendiri oleh
gurunya.
Tentu saja kalimat tanpa tedeng aling-aling yang dibaca
Nancy Matthews Elliott membuatnya sakit, bak onak duri
yang menusuk-nusuk hatinya. Beberapa lama kemudian,
sambil meremas surat tersebut, Nancy bertekad dan
bergumam, “Anak saya, Tommy, bukan anak bodoh. Saya
sendiri yang akan mendidik dan mengajar dia!”
Kalimat yang diucapkan Nancy bukanlah kata-kata
biasa. Kalimat tersebut adalah doa seorang ibu untuk
anaknya. Karena tiga dasawarsa berikutnya, tepatnya
saat Tommy berusia 32 tahun (tahun 1879), dunia tak
lagi gelap gulita ketika malam hari. Tommy yang
dianggap bodoh waktu kecil itu berhasil menciptakan
bohlam lampu pijar, yang mengubah wajah dunia
selamanya.
Ada yang bisa menebak siapakah Tommy? Ya, dia adalah
Thomas Alfa Edison. Inilah sepenggal kisah Tommy
dalam biografi Thomas Alfa Edison.
***
Thomas Alfa Edison, Sudah Bodoh Tambah Aneh Pula
Apa yang Anda bayangkan jika seorang anak manusia,
yang dicap bodoh oleh gurunya, mengerami sebutir
telur? Tentu Anda akan menganggapnya aneh bukan?
Ada dua tujuan Anda menganggapnya aneh; pertama
aneh karena hal tersebut tidak lazim dilakukan orang dan
kedua aneh karena Anda tidak bisa mengikuti pola
pikirnya.
Apapun pilihan Anda, faktanya itulah yang terjadi pada
Thomas Alfa Edison. Dia tidak cuma dianggap bodoh,
tapi juga aneh.
Alfa Edison lahir di Milan, Ohio, AS, tanggal 11 Februari
1847 dari pasangan Samuel Odgen (ayah) dan Nancy
Elliot (ibu). Namun, dia tumbuh besar di Port Huron,
Michigan, sejak keluarganya pindah ke sana tahun 1854.
Alfa Edison dibesarkan oleh pendidikan informal di
dalam keluarga. Dalam hal ini, guru yang memberi
inspirasi adalah ibunya sendiri, Nancy Elliot.
Sebelumnya, Alfa Edison memang sempat mengeyam
pendidikan formal seperti kebanyakan anak-anak lain.
Namun, tiga bulan bersekolah, sang guru
mengembalikan Alfa Edison beserta secarik surat. Di
mana, inti surat tersebut berisi bahwa dia tak layak
disekolahkan karena dianggap terlalu bodoh. Sejak
itulah, ibunya yang berprofesi sebagai guru mendidik
Alfa Edison.
Rasa Ingin Tahu Alfa Edison Besar
Sebagai anak yang dianggap bodoh, Alfa Edison
mempunyai rasa ingin tahu yang besar. Berbagai
literatur dibacanya untuk memuaskan hasrat tersebut.
Mulai dari karya sastra sampai ilmiah habis dibacanya.
Bengkel kerja ilmiah pertamanya dibuat di gudang
rumahnya. Di sana, Alfa Edison menghabiskan waktunya
untuk "bermain-main", mengerjakan eksperimen-
eksperimen kecil yang sudah dibacanya di literatur-
literatur ilmiah. Bahkan, dia berhasil membuat telegraf
"primitif" saat berusia 11 tahun.
Alfa Edison Berjualan di Stasiun Kereta Api
Tentu saja, eksperimen-eksperimen kecil ini
membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Karena itu, Alfa
Edison mencarinya dengan menjual apapun yang bisa
dijual di stasiun kereta api jalur antara kota Port Huron
dan Detroit. Selama beraktivitas di sini, Alfa Edison
mendapatkan kesempatan emas tatkala dia menolong
anak kepala stasiun. Ganjarannya, dia diberi gerbong
kereta tak terpakai untuk membuat laboratorium.
Ketika pecah perang saudara di tanah Amerika pada
1861, segera topik ini menjadi hangat diperbincangkan
orang. Alfa Edison melihat hal ini sebagai peluang. Dia
langsung membeli sebuah mesin cetak tua seharga 12
dolar. Dengan mengutak-atik sedikit, jadilah mesin cetak
tua ini sebagai mesin cetak uang. Ya, dari sanalah Alfa
Edison memiliki sebuah penerbitan koran “Weekly
Herald”. Oplahnya yang sehari mencapai 400 eksemplar
laris manis bak kacang goreng saat dijual di stasiun
kereta.
Pada usia 12 tahun, Alfa Edison kehilangan sebagian
besar pendengarannya, bahkan bisa dibilang nyaris tuli.
Dalam catatan hariannya, Alfa Edison pernah menulis,
"Saya tidak pernah mendengar burung bernyanyi sejak
saya berusia 12 tahun." Namun, itu tak mematahkan
semangatnya untuk terus maju. Bahkan, penyakit
tersebut memberinya keuntungan. Dengan demikian, dia
bisa terus berfokus pada apa yang tengah dibacanya
tanpa terganggu suara-suara lain.
Sewaktu Alfa Edison dipekerjakan sebagai operator
telegraf di Boston tahun 1868, seluruh waktu luangnya
habis untuk melakukan percobaan demi percobaan. Pada
tahun ini, dia mulai mendedikasikan diri di wilayah
penemuan-penemuan terbaru. Di mana, saat itu dia
menemukan sistem interkom elektrik. Hak paten
pertamanya diperoleh ketika dia berusia 21 tahun. Dia
mendapatkan paten untuk alat electric vote recorder.
Sayang, tak ada yang tertarik untuk membelinya.
Bohlam Lampu Pijar Pertama
Sejak itu, Alfa Edison selalu berpikir untuk membuat
penemuan-peneman yang komersial. Dolar pertama yang
didapatnya dari hasil penemuan adalah saat dia
mengembangkan stock ticker. Sebuah perusahaan yang
tertarik membelinya rela menghargai sebanyak 40.000
dolar. Uang ini tidak langsung dimakan habis, melainkan
digunakan untuk membuka perusahaan dan laboratorium
di Menlo Park, New Jersey. Di sini, Alfa Edison
mewujudkan gagasan-gagasannya. Beberapa di antara
temuannya mengubah kehidupan seluruh umat manusia.
Pada 1877, Alfa Edison membuat phonograph dan tidak
berhenti sampai di situ, karena di tahun yang sama dia
berhasil menciptakan bohlam lampu pijar. Pertanyaannya
berapa banyak penelitian yang dilakukan oleh Alfa
Edison untuk menemukan bohlam lampu pijar? Dalam
kurun waktu dua tahun, Alfa Edison menghabiskan
seluruh dana dan waktunya untuk menciptakan lampu.
Hal ini dikarenakan lampu listrik sangat dibutuhkan
untuk menerangi malam yang saat itu masih memakai
lampu minyak. Total penelitian yang dilakukan adalah
6.000 uji coba untuk menemukan bahan yang tepat.
Melalui usaha ekstra keras, tanggal 21 Oktober 1879, Alfa
Edison melahirkan bohlam lampu pijar yang mampu
menyala selama 40 jam. Sejarah pun ditorehkan!
Masih banyak lagi hasil penemuan Alfa Edison yang
bermanfaat. Secara keseluruhan Alfa Edison sudah
menciptakan paten sebanyak 1.093 atas temuannya. Di
antara beberapa temuannya yang lain adalah telegraf
cetak, pulpen elektrik, proses penambangan magnetik,
torpedo listrik, karet sintetis, baterai alkaline, pengaduk
semen, mikrofon, transmiter telepon karbon dan
proyektor gambar bergerak.
Selain itu, di dunia perfilman, sebetulnya ada juga jasa
Alfa Edison. Di mana, dia menggabungkan film fotografi
yang telah dikembangkan George Eastman menjadi
industri film yang menghasilkan jutaan dolar seperti saat
ini. Dia pun membuat Black Maria, suatu studio film
bergerak yang dibangun pada jalur berputar. Alfa Edison
wafat di usianya yang ke-84, tepatnya tanggal 18
Oktober 1931.
Demikian biografi Thomas Alfa Edison,
salah seorang ilmuwan dan penemu terbesar di dunia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar